![]() |
Sumber: pexels |
Kita
semua sudah pasti tau, pendidikan dasar manusia dimulai dari lingkungan
keluarga. Perilaku seorang anak akan mencerminkan pendidikan atau didikan dasar
mereka yang diterapkan dan didapatkan di rumah. Begitu juga perilaku literasi
yang sudah membudaya pada seorang anak akan dimulai dari keluarganya terlebih
dahulu.
Ngomong-ngomong, apa sih literasi
itu?
Literasi
adalah pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dalam menulis dan membaca, baik
itu dengan media cetak ataupun media elektronik dalam rangka mengolah informasi
dan pengetahuan.
Kenapa Literasi? Penting nggak sih literasi itu?
Penting
dong, karena dari literasi seorang anak akan menambah pengetahuannya. Dari
literasi juga akan melatih anak untuk mencari informasi secara mandiri karena
dia harus membaca, menumbuhkan sifat keingintahuannya karena dari media baca
dia mendapatkan informasi baru, melatih daya analisis dan juga sebagai hobi
yang positif.
Selain
itu, efek jangka panjang yang bisa ditimbulkan dari budaya literasi adalah anak
mempunyai kemampuan di bidang tulis-menulis.
Sehingga
ketika dia beranjak remaja, dia bisa memanfaatkan waktunya untuk menulis atau
bahkan mendapatkan penghargaan juga penghasilan melalui tulisannya. Kebayang
kan gimana senangnya melihat anak yang memanfaatkan waktunya untuk hal-hal
positif yang selain memberi benefit
juga profit untuk dirinya sendiri.
Terus bagaimana peran keluarga
dalam membudayakan literasi?
Kalau
bicara soal peran keluarga, aku sendiri punya pengalaman bagaimana keluargaku
bisa mendidik diriku menjadi seorang yang menyukai membaca juga menjadi penulis
blog.
Keluargaku
memang tidak punya ruangan khusus perpustakaan, tapi ibuku senang memberiku
buku bacaan khusus anak-anak yang informatif juga menarik. Gak setiap minggu
kok dibeli, karena kami dulu keluarga yang pas-pasan, tapi ada aja buku-buku
menarik yang bisa kubaca berulang-ulang. Ibuku juga hobi membaca resep dari
buku dan majalah yang membuatku semakin tertarik karena gambarnya yang bikin
ngiler juga teknik foto yang cantik. Selain itu, ibuku tidak membuang majalah
yang sudah dibaca sehingga kadangkala aku buka kembali majalah-majalah itu.
Kebetulan,
dulu kedua orang tuaku bekerja di bidang komputer (yang mana kala itu masih
banyak orang tua yang buta teknologi). Sehingga sejak SD aku sudah terbiasa
dengan dunia perkomputeran, diajarin nulis di MS Word, dan sebagainya. Sehingga
pas SMP aku nggak kagok lagi ketika
ada mata pelajaran yang disuruh bikin blog. Setelah lulus SMA sambil menunggu
pengumuman penerimaan perguruan tinggi, aku mengisi hari-hari kosongku dengan
blogging resep-resep masakan yang aku masak di rumah. Dan sampe sekarang aku masih menggeluti
dunia blogging dengan pembahasan yang lebih melebar nggak sekedar resep aja.
Jadi,
intinya peran keluarga dalam membudayakn literasi adalah memberi kesempatan
pada anak untuk membaca dan menulis misalnya memberi buku yang menarik serta
memberi contoh dalam arti mempraktekan langsung kegiatan literasi di lingkungan
keluarga. Juga membuat situasi yang nyaman untuk kegiatan literasi.
Selain
keluarga, budaya literasi juga perlu didukung oleh masyarakat loh. Kenapa? Karena
kebiasaan dan perilaku kita sebagian besar (selain keluarga) dipengaruhi oleh
lingkungan. Coba dibayangin gimana adem nya suatu komunitas masyarakat yang
udah hobi nulis dan membaca. Apalagi kalau masih muda. Ya kan? Daripada dugem,
narkoba dan berantem mending anak muda diedukasi dan saling mengedukasi lewat
menulis. Memang sih kalo anak muda yang baca-nulis keliatan kuno gitu ya. Padahal,
sebenarnya dalam menarik anak muda berbudaya literasi bisa melalui buku yang
menarik untuk seusianya, menulis dan membaca lewat media sosial juga melalui
blog.
Apa
benar bisa? Iya bisa. Aku sendiri punya pengalaman. Dalam blogging, setelah
nge-publish sesuatu, aku biasanya
mempromosikan postingan ku di instagram maupun whatsapp, sehingga teman-teman ku
bisa membaca tulisan ku hanya melalui satu klik saja. Dan memang itu benar
adanya, salah satu sumber viewers blog ku berasal dari sosial mediaku. Malah pernah
ada yang ngaku kalau setiap aku posting dia selalu membacanya, kan jadi makin
semangat hehehe.
Dari
blog ku juga, ada teman yang bertanya samaku gimana sih caranya bikin blog,
katanya dia senang gitu liat aku ngeblog, terus dia juga pengen nulis. Alhasil
aku ajarin deh. Hihihi, berhasil kan?
Jadi,
dalam masyarakat juga kita sebagai bagian dari masyarakat jangan malu-malu
untuk menunjukan budaya literasi kepada orang lain, baik itu menulis dan
membaca, karena dari perilaku kita akan menularkan ke lingkungan sekitar. Senang
kan kalau kita bisa menjadi influencer
di bidang literasi di lingkungan masyarakat?
Literasi
itu sangat bermanfaat, oleh karena itu keluarga dan masyarakat sangat perlu
berperan dalam membudayakannya, karena dalam menciptakan sebuah “budaya” perlu didukung oleh dua
komponen penting dalam kehidupan sosial manusia, yakni keluarga dan masyarakat
#SahabatKeluarga
#LiterasiKeluarga
sejak dini harus diperkenalkan agar menjadi kebiasaaan baik
ReplyDeleteBenar sekali mba
Deletesemoga kita bisa berkontribusi untuk meningkatkan literasi di Indonesia, sekecil apapun kontribusi kita ya mbak :)
ReplyDeleteAamiin, semoga kita bisa ya mba ☺
DeleteSenang banget kalau bisa berkontribusi dalam mebudayakan literasi ya, terlebih zaman sekarang media sosial udah kayak hal yang biasa, membuadayakn literasi melalui medsos amat sangat memungkinkan :)
ReplyDeleteBetul sekali kak ☺
DeleteNah salah satu blog saya tuh mindahin catatan kuliah. Tujuannya sih biar menjadi sumber litarasi bagi yang disiplin ilmunya sama dengan saya. Karena berkaitan dgn tanggung jawab akademis, maka sebisanya juga saya mencantumkan sumber rujukan akademis yang saya kutip juga mengulas suatu hal.
ReplyDeleteTrims uraiannya mba, membuat saya bersemangat hehehe
Wahh berarti tulisan mas nih yang dicari cari para pelajar ya hehe
DeleteMbaca soal literasi mamang mah jadi keingetan saat prof Reynal Kasali mengskakmat Mang Rocky Murung di acara INDONESIA LAWAK CLUB (ILC) agar mang rocky murung tidak hanya membaca satu literasi untuk dapat menyimpulkan sesuatu....
ReplyDeleteJangan jangan admin termasuk anak buahnya rocky gerung bin murung itu juga ya.... #suwernanyajanganbaperyah
Nggak ngerti mas
DeleteSetuju mbaa,sekarang semua mudah diakses sampai kadang lupa soal literasi. Ini memang harus dibiasakan supaya bisa diterapkan dalam kehidupan.
ReplyDeleteMakanya, sebagai pejuang literasi *caelah, maksudnya sebagai blogger kita nggak hanya sekadar hobi nulis, tapi juga mengajak orang buat membaca tulisan kita dan memberi informasi juga memberi motivasi orang lain buat menulis juga hehe
DeleteKeluarga sebagai yg memulakan budaya literasi itu aku setuju banget. Dulu yg membiasakan aku suka membaca, itu papa . Krn beliau juga hobiii sekali membaca. Krn sering tugas ke LN, tiap pulang pasti oleh2nya buku bacaan bergambar. Krn waktu itu aku blm bisa membaca tp tertarik melihat gambar2nya, akhirnya papa yg ngajarin baca sampe bisa. Kalo utk buku, papa ga pernah mikir lama utk beliin kami. Tiap ultah aja kado dr papa yg paling kami tunggu, Krn itu berarti bisa ke toko buku dan membeli sebanyak apapun buku yg kami mau, asal kuat bawa keranjangnya. Aku sama adek biasanya saling bantu, dorong dan tarik keranjang yg kami taro di lantai hahahah. Jd yg dibeli sampe buanyak banget.
ReplyDeleteSayangnya lingkungan ku skr ga terlalu suka membaca aku lihat. Tp mungkin Krn kebiasaan itu udh ditanamkan banget Ama papa, ga peduli seperti apa lingkungan skr, aku tetep suka membaca. Pernah bilang ke suami, kalo aku hrs nungguin dia dlm waktu lama, mending aku di drop di toko buku, drpd di kafe. Mau berapa jam pun aku harus nungguin dia, asal di toko buku aku bakal seneng, Krn bisa puas baca dan beli ujung2nya hahahaha.
iya kak fan orang tua juga nggak pelit kalau anaknya mau beli buku, tapi memang kami nggak sering ke toko buku sih.
Deleteiya kak fan di toko buku itu betah aja ya rasanya :D malah kalau di cafe terlalu lama malah jadi canggung sama pegawai cafe nya, mungkin pikir pegawai nya 'ni orang numpang wifi segitunya ya' hahaha